SOLATA: Menemukan Keluarga dan Makna di Tana Toraja

SOLATA Review by Indocair
SOLATA Review by Indocair

Solata adalah film drama Indonesia yang disutradarai dan diproduseri oleh Ichwan Persada. Mengambil latar belakang keindahan alam dan budaya Pegunungan Ollon di Tana Toraja, film ini menawarkan kisah yang menyentuh tentang persahabatan, pengabdian, dan pencarian makna hidup di tengah keterbatasan. Kata “Solata” sendiri berasal dari bahasa Toraja yang bermakna “teman” atau “sesama kita”, menekankan Indocair pesan bahwa keluarga tidak selalu harus terikat oleh darah.

Sinopsis SOLATA : Perjalanan Angkasa Mencari Arti Pulang

1. Pelarian dari Ibu Kota

Kisah utama film ini berpusat pada tokoh Angkasa (diperankan oleh Rendy Kjaernett), seorang pria asal Jakarta yang hidupnya tiba-tiba hancur akibat serangkaian peristiwa menyakitkan. Merasa kehilangan harapan dan alasan untuk bertahan di ibu kota, Angkasa memutuskan untuk “melarikan diri” dan memulai hidup baru.

Ia memilih jalan pengabdian dengan menjadi relawan guru di sebuah program pendidikan di daerah Ollon, Tana Toraja. Namun, kedatangannya di Ollon jauh dari kata ideal. Ia dihadapkan pada keterbatasan fasilitas, perbedaan pandangan, dan tantangan yang berat, di mana sekolah dasar tempatnya mengajar berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

Baca juga : Pangku: Debut Penyutradaraan Reza Rahadian dan Refleksi Sosial by Indocair

2. Pertemuan dengan Murid-Murid

Di tengah kesunyian Ollon, Angkasa bertemu dengan sekelompok murid yang unik, lucu, dan penuh semangat. Kelompok murid ini digambarkan memiliki dinamika khas, bahkan nama-nama mereka terinspirasi dari nama-nama Presiden Republik Indonesia (seperti Karno, Harto, dsb.). Interaksi yang jujur dan tulus antara Angkasa dan murid-muridnya inilah yang perlahan mulai menyembuhkan luka batin Angkasa.

Melalui tawa dan kesederhanaan yang ia temukan di Ollon, Angkasa tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai guru, tetapi juga mulai menemukan kembali arti cinta, bukan hanya pada seseorang (Lembayung), tetapi juga pada hidup dan maknanya sendiri.

Refleksi Sosial SOLATA dan Nilai Kebudayaan

1. Isu Pendidikan di Pelosok Negeri

Sutradara Ichwan Persada secara eksplisit menyatakan bahwa Solata bukan sekadar drama pengabdian yang mengagungkan sosok pahlawan sempurna. Film ini adalah refleksi sosial yang menyoroti potret ketimpangan dan keterbatasan fasilitas pendidikan di daerah pedalaman Indonesia. Melalui kondisi sekolah di Ollon, Solata bertujuan menyadarkan penonton tentang isu-isu penting seperti ketidakadilan gaji guru dan kurangnya sarana.

2. Laskar Pelangi Versi Toraja

Oleh beberapa pihak, Solata disebut sebagai “Laskar Pelangi versi Toraja” karena tema utamanya yang mengangkat semangat belajar anak-anak di tengah keterbatasan. Namun, Solata memiliki sentuhan kebudayaan Toraja yang kental, baik dari segi lokasi, kearifan lokal, hingga pelibatan aktor-aktor daerah.

Pada akhirnya, Solata adalah film yang menyuguhkan kehangatan dan ketulusan. Ini adalah kisah tentang bagaimana luka dan kegagalan dapat membawa Indocair seseorang pada pemahaman baru bahwa teman sejati adalah keluarga yang dipilih oleh hati. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop mulai 6 November 2025.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *