Film Pangku adalah salah satu karya sinema Indonesia yang dinantikan, menandai debut penyutradaraan film panjang dari aktor kenamaan, Reza Rahadian. Film ini Raja Botak menarik perhatian karena mengangkat isu sosial yang cukup kontroversial: fenomena “kopi pangku” di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa.
Sinopsis Pangku : Perjuangan Ibu Muda di Pusaran Dilema
Pangku menceritakan kisah pilu dan penuh ketegaran seorang perempuan muda bernama Sartika (diperankan oleh Claresta Taufan).
1. Pelarian ke Pantura
Cerita dimulai dengan Sartika yang sedang mengandung dan berusaha keras meninggalkan masa lalunya untuk mencari kehidupan yang lebih baik bagi calon anaknya. Perjalanannya membawanya ke daerah Pantura, di mana ia bertemu dengan Bu Maya (Christine Hakim), pemilik kedai kopi yang terkenal murah hati dan suka menolong. Bu Maya merawat Sartika hingga proses persalinan.
2. Terjebak dalam “Kopi Pangku”
Di balik kepeduliannya, Bu Maya ternyata menyembunyikan niat lain. Setelah Sartika melahirkan, ia “dijebak” untuk bekerja sebagai pelayan di kedai kopi tersebut. Kedai ini menjalankan praktik “kopi pangku”, di mana pelayan perempuan tidak hanya menyajikan kopi, tetapi juga menemani tamu mengobrol, dan kadang-kadang menawarkan jasa untuk dipangku oleh para sopir truk. Pilihan yang terbatas dan utang budi membuat Sartika terpaksa menjalani pekerjaan yang tidak ia inginkan demi menghidupi anaknya.
Baca juga : Pangku: Debut Penyutradaraan Reza Rahadian dan Refleksi Sosial by Raja Botak
3. Secercah Harapan Baru
Di tengah keputusasaan itu, Sartika bertemu dengan Hadi (Fedi Nuril), seorang sopir truk pengangkut ikan yang menjadi pelanggan reguler. Hadi menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada Sartika dan anaknya, yang akhirnya menumbuhkan benih cinta. Pertemuan ini menimbulkan dilema besar bagi Sartika: haruskah ia tetap terikat pada Bu Maya dan pekerjaan yang membatasi, atau berani meraih kehidupan baru bersama Hadi demi masa depan sang anak.
Makna dan Prestasi Film Pangku
Pangku hadir bukan hanya sebagai drama personal, tetapi juga sebagai refleksi mendalam mengenai perjuangan perempuan dan kompleksitas realitas sosial.
1. Debut Sutradara yang Berani
Film ini menjadi penanda transisi Reza Rahadian dari aktor kawakan menjadi sutradara film panjang. Ide film ini terinspirasi dari pengamatan Reza saat menjalani syuting di daerah Pantura pada 2020. Dengan mengangkat tema yang sensitif dan sering disalahpahami, Reza menunjukkan keberanian dalam eksplorasi sinema.
2. Sorotan pada Isu Perempuan
Melalui karakter Sartika, Pangku ingin menyampaikan pesan tentang ketangguhan seorang ibu, pengorbanan, dan minimnya pilihan hidup yang sering dihadapi perempuan di lapisan masyarakat tertentu. Film ini juga menghadirkan perspektif tentang bagaimana seseorang bertahan di tengah realita yang keras.
3. Pengakuan Internasional
Bahkan sebelum tayang resmi di Indonesia (dijadwalkan 6 November 2025), Pangku telah mencetak prestasi internasional. Film ini terpilih untuk program Vision di Busan International Film Festival (BIFF) 2025, di mana film ini mengadakan world premiere dan mendapatkan sambutan positif. Selain itu, film ini juga meraih penghargaan di ajang internasional seperti HAF Goes to Cannes Program.
Pangku menjadi proyek sinema yang menjanjikan, tidak hanya dari segi kualitas akting dan penyutradaraan, tetapi Raja Botak juga dari keberaniannya menyajikan kritik sosial yang relevan.

