Dia Bukan Ibu : Teror Psikologis dari Jati Diri yang Terkoyak

Dia Bukan Ibu Review by Raja Botak
Dia Bukan Ibu Review by Raja Botak

Film horor Indonesia terbaru, Dia Bukan Ibu, menawarkan pendekatan yang segar dalam genre horor domestik. Film ini, yang disutradarai oleh Randolph Zaini dan diadaptasi dari thread viral di X (sebelumnya Twitter) karya @JeroPoint, tidak hanya mengandalkan teror hantu tradisional. Sebaliknya, film ini menyelami Raja Botak ketakutan yang lebih mendasar dan personal: krisis identitas, depresi pasca-perceraian, dan trauma keluarga yang termanifestasi menjadi teror psikologis yang mencekam.

Plot dan Konteks Emosional Dia Bukan Ibu

Sinopsis: Perubahan Yanti yang Mengerikan

Cerita berfokus pada keluarga kecil setelah tragedi perceraian. Vira (Aurora Ribero) dan adiknya, Dino (Ali Fikry), harus pindah dan tinggal bersama ibu mereka, Yanti (Artika Sari Devi), yang baru saja berpisah dengan sang ayah. Awalnya, kepindahan dan semangat baru Yanti untuk membuka salon di rumah menjadi harapan bagi kedua anaknya. Yanti terlihat percaya diri dan ceria kembali setelah keterpurukan perceraian.

Namun, kebahagiaan itu berumur pendek. Vira, sebagai anak tertua, mulai mencium gelagat aneh pada ibunya. Perubahan sikap Yanti sangat drastis; ia bisa tampak hangat dan lembut di satu momen, namun di momen lain menunjukkan perilaku keji dan irasional, seperti melukai pelanggan atau bahkan menyerang anak-anaknya sendiri, lalu kembali bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Baca juga : Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Dilema Cinta Batasan Agama by Raja Botak

Horor Familiar dan Deep Drama

Keunikan Dia Bukan Ibu terletak pada sumber terornya. Ketakutan tidak datang dari makhluk gaib asing, melainkan dari orang terdekat di rumah. Film ini mengeksplorasi lapisan emosional mendalam tentang perjuangan seorang single parent yang mengalami stres dan depresi setelah dikhianati dan ditinggalkan.

Teror yang dirasakan Vira adalah keraguan yang mencekik: apakah sosok yang ia panggil ‘ibu’ ini masih ibunya yang dulu? Situasi ini mengubah rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman menjadi penjara yang menakutkan, memaksa Vira dan Dino untuk mencari tahu rahasia gelap di balik perubahan Yanti.

Poin Penting Dia Bukan Ibu : Akting dan Pengalaman Sinematik

Comeback Artika Sari Devi yang Fenomenal

Salah satu highlight terbesar film ini adalah penampilan Artika Sari Devi sebagai Yanti. Film ini menandai comeback Artika ke layar lebar setelah beberapa tahun vakum, dan kritikus memuji penampilannya sebagai ibu yang memiliki dualitas emosi berlapis. Ia berhasil membawakan transisi karakter dari sosok ibu yang hancur menjadi sosok yang percaya diri namun dingin dan misterius, sebuah penampilan yang disebut-sebut layak mendapat apresiasi tinggi.

Pendekatan Horor Psikologis

Di bawah arahan Randolph Zaini, Dia Bukan Ibu memilih jalur horor psikologis yang mengutamakan ketegangan melalui suasana (sound design) dan plot, bukan jumpscare murahan. Suara-suara langkah kaki misterius, tembang Jawa lirih, dan tatapan dingin Yanti menciptakan rasa tidak nyaman yang terus menghantui penonton.

Dengan adaptasi dari kisah viral dan eksekusi yang berani menggali tema deep drama dan kesehatan mental di balik balutan horor, Dia Bukan Ibu berhasil menjadi salah satu film Raja Botak horor lokal yang menjanjikan pengalaman menonton yang membekas dan meninggalkan trauma emosional, bukan sekadar ketakutan sesaat.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *